Kepala Kantor Upaya Wujudkan Asta Cita Presiden Dengan “Bangun Sinergi Perkuat Kerukunan Umat Beragama”

Yogyakarta (Humas) Dalam rangka upaya melaksanakan program prioritas Kementerian Agama RI dalam Asta Cita Presiden dan Wakil Presiden yakni yang ke 8 ” Memperkuat penyelarasan yang harmonis dengan lingkungan, alam, dan budaya, serta peningkatan toleransi antar umat beragama untuk mencapai masyarakat yang adil dan makmur” , maka digelar koordinasi tugas dan fungsi Kerukunan Umat Beragama Kantor Kementerian Agama Kota Yogyakarta Tahun 2025 mewujudkannya dalam Membangun Sinergi Dalam memperkuat Kerukunan Umat Beragama. Kegiatan dilaksanakan pada hari Kamis 15/05/2025 bertempat di RM Pondok Ndeso Jl. Imogiri Tim., Giwangan, Kec. Umbulharjo, Kota Yogyakarta, dengan diikuti oleh 40 peserta. Diantaranya dari unsur tokoh agama Islam , Kristen, Katolik, Hindu Budha, Konghucu yang merupakan anggota pengurus FKUB Kota Yogyakarta, bawah atap kementerian Agama Kota Yogyakarta di subag TU Umum 11 orang, PPK , Bendahara, Pengelola Kegiatan, Perencana, unsur penyuluh semua agama di Kankemenag kota Yogyakarta , Penyelenggara Katolik , dan dari Badan kesbangpol Kota Yogyakarta.
Hadir Melaporkan kegiatan ,Kasubag TU H. Ahmad Mustafid,S.Ag, M.Hum., menyampaikan dimana tujuan kegiatan adalah Dengan membangun sinergi yang kuat antara pemerintah, lembaga agama, dan masyarakat, diharapkan kerukunan umat beragama di Indonesia dapat terus ditingkatkan, sehingga tercipta masyarakat yang harmonis, damai, dan sejahtera. Menciptakan Kedamaian dan Saling Menghargai Antar Pemeluk Agama.
Kepala Kantor Kementerian Agama Kota Yogyakarta H. Nadhif,S.Ag, MSI, dalam sambutannya menegaskan bahwa salah satu program prioritas kementerian agama adalah kerukunan dan cinta kemanusiaan; di poin pertama. Sehingga selaras dengan Asta Cita Presiden RI ke 8 tersebut diatas. Menurut Nadhif, bahwa kota Yogyakarta sudah rukun dan damai, namun tetap harus dirawat dan dijaga kerukunan tersebut baik itu intern umat beragama, antar umat beragama dan umat beragama dengan pemerintah seperti yang jaman pemerintahan lampau yang dikenal dengan Tri Kerukunan Umat Beragama. Nadhif sangat berterimakasih kepada para tokoh semua agama yang tergabung dalam Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kota Yogyakarta yang diketuai oleh Prof Moh Chirzin, MAg, dimana telah bersinergi dengan Kementerian Agama Kota Yogyakarta dalam hal ini dengan para penyuluh semua agama untuk sama sama membangun kerukunan di kota Yogyakarta dengan berbagai program yang telah direncanakan. Diharapkan akan dapat terus berjalan dengan harmonis dan berdampak.
Narasumber Kegiatan adalah Kepala Badan kesbangpol Kota Yogyakarta yang dihadiri R. Suryo Nugroho Aji , S.Psi, sebagai Ketua tim kerja ideologi, wawasan kebangsaan, ekososbud, dan agama. Suryo memaparkan Pluralitas sebagai Sebuah Kenyataan:
- Semboyan Bhineka Tunggal Ika begitu kental tersemat dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Hal ini merujuk pada kehidupan masyarakatnya yang multi etnis dan tersebar dari Sabang hingga Merauke. Secara geografis, Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki banyak ragam suku, ras, bahasa dan agama atau disebut juga dengan pluralitas.
- Pluralitas menjadi sebuah realita dan mesti diterima sebagai kekayaan nasional bangsa Indonesia. Belajar tentang pluralitas di Indonesia berarti belajar tentang kemajemukan masyarakat yang terdiri dari keragaman suku bangsa, agama, ras, pekerjaan, dan lainnya yang tentunya memiliki perbedaan dan berbagai permasalahan yang dihadapi dalam masyarakat di Indonesia.
- Terdapat beberapa agama dan banyak aliran kepercayaan yang diakui di Indonesia, sehingga menjadi hal yang lumrah jika melihat upacara sembahyang yang berbeda- beda. Ada 6 agama yang diakui di Indonesia yaitu Islam, Katolik, Kristen, Buddha, Hindu, dan Konghucu. Selain itu ada aliran kepercayaan seperti kejawen yang dianut masyarakat Jawa dan di daerah lain di Indonesia. Bentuk Keragaman (Perbedaan) menurut Suryo : Perbedaan Agama, Perbedaan Budaya, Gagasan, Tindakan/ Aktivitas, Karya, Perbedaan Suku Bangsa, Perbedaan Pekerjaan atau mata pencaharian hidup. Bagaimana menghadapi perbedaan dengan menjaga kebersamaan dan saling melengkapi, menjaga toleransi, gotong royong kekeluargaan serta jangan mau diadu domba. Kegiatan di lanjutkan dengan diskusi dan dialog antar peserta. [Ara]